Dua Jenis Perubahan Struktural Jalan Napas Pada PPOK |
Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah penyakit paru
kronis yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran pernafasan yang
bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial1,2. PPOK
bisa berupa bronkitis kronis, emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronis
adalah kelainan saluran pernafasan yang ditandai oleh batuk kronis yang
menimbulkan dahak selama minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua
tahun berturut-turut dan tidak disebabkan oleh penyakit lainnya. Emfisema adalah kelainan anatomis paru yang ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal pada bronkiolus terminal, disertai dengan
kerusakan dinding alveolus.1,3,4
Faktor
Risiko
Asap rokok merupakan satu-satunya
penyebab terpenting PPOK, jauh lebih penting dari faktor-faktor penyebab
lainnya.3 Adapun yang termasuk dalam faktor-faktor risiko PPOK
adalah:
1. Asap Rokok
Sejak
lama telah disimpulkan bahwa asap rokok merupakan faktor risiko utama
mortalitas dari bronkitis kronis dan emfisema. Serangkaian penelitian telah
menunjukkan terjadinya percepatan penurunan volume udara yang dihembuskan dalam
detik pertama dari manuver ekspirasi paksa (FEV1) dalam hubungan
reaksi dan dosis terhadap intensitas merokok, yang ditunjukkan secara spesifik
dalam bungkus-tahun (rata-rata jumlah bungkus rokok yang dihisap per hari
dikalikan dengan jumlah total tahun merokok).1
Walaupun hubungan sebab akibat antara merokok dan
perkembangan PPOK telah benar-benar terbukti, namun reaksi dari merokok ini
masih sangat bervariasi. Walaupun merokok merupakan prediktor signifikan yang
paling besar pada FEV1, hanya 15% dari variasi FEV1 yang
dapat dijelaskan dalam hubungan bungkus-tahun. Temuan ini mendukung bahwa
terdapat faktor tambahan dan atau faktor genetik sebagai kontributor terhadap
dampak merokok pada perkembangan obstruksi jalan nafas.1
2. Kepekaan Jalan Nafas dan PPOK
Kecenderungan
meningkatnya bronkontriksi sebagai reaksi terhadap berbagai stimulus eksogen,
termasuk methakolin dan histamin, adalah salah satu ciri-ciri dari asma. Bagaimanapun juga, banyak pasien PPOK juga memiliki
ciri-ciri jalan nafas yang hiperresponsif. Terdapat pertimbangan akan tumpang
tindihnya seseorang dengan asma dan PPOK dalam kepekaan jalan nafas, obstruksi
aliran udara, dan gejala pulmonal. Hal ini menegaskan bahwa asma, bronkitis
kronis, dan emfisema merupakan variasi dari dasar penyakit yang sama, yang
dimodulasi oleh faktor lingkungan dan genetik untuk menghasilkan gambaran
patologis yang nyata. Hipotesis alternatif dari British berpendapat bahwa asma dan PPOK pada dasarnya merupakan
penyakit yang berbeda. Asma merupakan
suatu fenomena alergi sedangkan PPOK diakibatkan dari hubungan rokok-inflamasi
dan kerusakan.1
3.
Infeksi Respirasi
Infeksi respirasi telah diteliti sebagai faktor risiko
potensial dalam perkembangan dan progresivitas PPOK pada orang dewasa,1
terutama infeksi saluran nafas bawah berulang.3 Infeksi respirasi
pada waktu anak-anak juga telah dinyatakan sebagai faktor predisposisi
potensial pada perkembangan akhir PPOK.1
4.
Paparan Debu Tempat Kerja
Meningkatnya gejala-gejala respirasi dan obstruksi aliran
udara merupakan akibat dari paparan debu di tempat kerja. Beberapa paparan
pekerjaan yang khas termasuk penambangan batu bara, panambangan emas, dan debu
kapas tekstil telah ditegaskan sebagai faktor risiko obstruksi aliran udara
kronis. Bagaimanapun juga, walaupun pekerja yang bukan perokok berkembang
mengalami reduksi FEV1, paparan debu turut menyumbang sebagai faktor
risiko PPOK.1
5.
Polusi Udara
Beberapa peneliti melaporkan meningkatnya gejala respirasi
pada orang-orang yang tinggal di daerah padat perkotaan dibandingkan dengan
mereka yang tinggal di daerah pedesaan, yang berhubungan dengan meningkatnya
polusi di daerah padat perkotaan. Polusi udara adalah faktor risiko yang kurang
begitu penting untuk terjadinya PPOK daripada asap rokok.1
6.
Paparan Rokok Pasif
Paparan terhadap janin dari ibu-ibu perokok menghasilkan
penurunan pertumbuhan paru yang signifikan. Paparan asap tembakau dalam rahim
juga memberikan kontribusi penurunan yang signifikan pada fungsi paru post
natal.1
7.
Defisiensi
α1 Antitrypsin
Defisiensi α1AT yang berat adalah merupakan faktor risiko
genetik terjadinya PPOK. Walaupun hanya 1-2% dari pasien-pasien PPOK yang
mewarisi defisiensi α1AT yang berat, namun pasien-pasien ini menunjukkan bahwa
faktor genetik ini dapat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kecenderungan untuk berkembangnya PPOK. α1AT adalah suatu anti
protease yang diperkirakan sangat penting untuk perlindungan terhadap protease
yang terbentuk secara alami oleh bakteri, leukosit PMN, dan monosit.1
daftar pustaka
1. Reilly JJ, Silverman EK, Shapiro SD.
Chronic obstructive pulmonary disease.In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,
Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editors. Harrison ’s
principles of internal medicine. 16th ed. New York : McGraw-Hill; 2004. p. 1547-54.
2. Riyanto BS, Hisyam B. Obstuktif Saluran
Pernapasan Akut. In: Aru W Sudoyo et al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 4th Edition. Jakarta: FKUI; 2006. p. 984-985.
3. Roisin, RR. Anzueto, A., Bourbeau, Jean.
Teresita, S., et al. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Diseases (Pocket
Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention. Updated 2010).
4. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia. PPOK Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Tim Kelompok Kerja PPOK; 2004.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar